Kado_Gina

Kado Gina

Mutia tidak sabar membuka hadiah-hadiah ulang tahunnya. Dari semua kado tersebut, ia paling menanti kado dari Gina, sahabat sekaligus teman sebangkunya.

“Mau buka yang mana dahulu?” tanya Ibu Mutia. “Yang paling besar, Bu, pasti dari Gina,” tanggap Mutia.

Ibunya mengambil kado paling besar dan membukanya. Ketika dibuka, ternyata bukan dari Gina. Mutia kemudian membuka yang kedua terbesar dan ketiga terbesar. Bukan juga dari Gina.

“Kok tidak  ada yang dari Gina? Apa dia lupa kalau aku kasih kado yang paling besar untuknya?” Mutia merasa gusar.

“Kamu gak boleh ngomong gitu. Besar atau kecil, kita harus menghargai pemberian orang lain,” tegur ibunya.

Akhirnya, Mutia menemukan kado dari  Gina, sebuah dompet motif bunga. Mutia suka, tetapi ia kesal. Pada pesta ulang tahun sahabatnya itu, Mutia memberi banyak hal. Ada tas, parfum, dan sepatu roda. Mutia memilih kadonya dengan antusias, tetapi kenapa dibalas hanya dengan kado satu dompet kecil? Apa dia tidak menganggap Mutia sebagai teman dekatnya? Mutia merasa gusar.

Keesokan harinya di sekolah, Mutia tidak menyapa teman sebangkunya itu. “Kamu kenapa Mutia? Apa aku buat salah?” tanya Gina pada jam istirahat.

Mutia diam saja dan pergi ke kantin sendirian, meninggalkan Gina.

Di kantin, ia membeli es teh jeli langganannya dan Gina. Sudah sepekan mereka belum membelinya. Kata Gina, ia tidak membeli es teh jeli karena batuk. Karena tidak mau membuat Gina merasa sendirian, Mutia juga tidak membelinya. Sekarang, ia mau membelinya.

“Mau beli yang biasa, Neng?” tanya ibu penjual. Mutia mengangguk.

Ibu penjual lalu memberi Mutia dua gelas es teh jeli.

“Bu, aku cuma beli satu.” Mutia mengembalikan satu gelas.

“Iya Ibu tahu. Ini gratis buat teman kamu. Sudah lama dia enggak beli karena katanya uang jajannya mau ditabung buat beli hadiah. Ibu kasih gratis karena kalian sudah langganan.”

Mutia bingung. “Bukan ditabung Bu, melainkan karena dia lagi batuk,” koreksi Mutia.

“Batuk? Memangnya kamu dengar dia batuk?” kata ibu penjual.

Mutia lalu terdiam. Benar juga. Selama ini, Gina tidak batuk. Rupanya ia diam-diam menabung untuk membeli hadiah ultahku, gumam Mutia.

Mutia lalu mengeluarkan dompet yang Gina berikan dari kantongnya. Walaupun kecil, dompet itu cantik. Mika pun memutuskan untuk memakai dompet itu saat itu juga. Sekarang, dompet itu terasa bahkan lebih bermakna.

Mutia lalu mengeluarkan uang dan membayar kedua es teh jeli. “Bu, aku jadi beli dua. Banyakin jeli untuk es teh yang satu lagi.”

Sebelum kembali ke kelas, Mutia  juga membeli kentang goreng kesukaan Gina yang tidak dibelinya selama dua pekan.

Dengan genggaman erat, Mutia membawa jajanan tersebut ke kelas. Ia tidak sabar untuk memeluk sahabatnya lalu makan dan minum bersamanya. *

Tanggal terbit: Klasika Kompas, 26-10-2025
Pengarang: Prita Kusumaningtyas
Editor: Yudi Suharso
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita
Tema: Empati