Cover_Dongeng_Telur_Siapa_Ini

Telur Siapa Itu?

Apoda, seekor cendrawasih gagak sedang terbang rendah di hutan Maluku. Bulunya yang hitam legam tampak indah. Saat melewati sebuah celah di sisi selatan hutan, Apoda melihat sebutir telur terselip di antara bebatuan.

“Telur siapa itu?” gumamnya heran.

Apoda terbang menukik ke arah celah. Ia menggapai telur itu. Tak ingin telur itu dalam bahaya, Apoda membawanya pulang. Kebetulan ibu Apoda juga sedang mengerami dua butir telur.

“Ehm… Ibu tak boleh tahu aku membawa telur ini,” gumamnya.

Rupanya, Apoda adalah anak tunggal. Ia tahu betul bahwa cendrawasih adalah burung langka. Ibunya hanya bisa bertelur dua butir, setiap tahunnya. Oleh karena itu, ia ingin menetaskan telur itu. Tapi, pasti ibunya tak setuju.

Apoda pun mengatur rencana. Ia menunggu hingga petang datang. Saat ibu Apoda terlelap, ia menyelipkan telur yang ditemukannya di balik sayap sang ibu.

Keesokan harinya, Apoda terkejut mendengar teriakan dari arah sarang. Rupanya sebutir telur di sarang sudah menetas. Dari dalamnya menyembul kepala kecil dengan tubuh panjang. Itu adalah seekor ular.

“Telur siapa itu?” Sang ibu mendekap dua telur lain yang belum menetas. Apoda menelan ludah. Ia tak tahu bahwa itu adalah telur ular.

Sang ibu mengamati tubuh mungil ular itu. “Kobra!” pekiknya.

Apoda mendekat dan menenangkan ibunya. Ia menceritakan semuanya.

“Tapi, bukan begini caranya! Induk ular itu pasti kebingungan mencari anaknya.”

“Kalau begitu, Apoda akan mengembalikannya,” tukas Apoda.

“Ada titik gelap di mata kiri ular kecil ini, seperti milik Ceto. Sepertinya, dia adalah anak Ceto si raja ular. Apa kamu yakin akan mengembalikannya?” Sang ibu tampak ragu.

“Iya, Bu!” Apoda mengangguk pasti.

Melihat Apoda begitu yakin, ibu kemudian menyerahkan sehelai bulu yang dicabut dari sayapnya. “Berikan ini pada Ceto! Ia pernah menjadi sahabat ibu saat muda dulu!”

Apoda kemudian terbang membawa bayi ular di paruhnya.

Selang beberapa waktu, Apoda pun sampai di sarang Ceto. Ia memberanikan diri melongok ke lubang gelap itu. Suara desis ular terdengar. Apoda mundur. Tubuhnya gemetar. Ceto keluar dengan posisi siap menyerang.

“Maaf, Ceto. Ini anakmu, kutemukan terjebak di bebatuan.” Apoda gemetar. Ia menurunkan sehelai bulu milik ibunya bersama bayi ular.

Ceto bergerak mendekati anaknya. Ia mengamati bulu cendrawasih yang terkulai di tanah. “Terima kasih! Apakah kau anak Cendra?” Ceto melingkarkan badan pada tubuh bayinya.

“Iya! Aku anak Ibu Cendra.” Suara Apoda masih bergetar.

“Sampaikan salam dan terima kasihku untuknya!” Ceto tersenyum. Ia kemudian membawa bayinya pulang ke sarang. Apoda merasa tak percaya karena bisa berbincang dengan Ceto sang raja kobra.*

Tanggal terbit: Klasika Kompas, 14-09-2025
Pengarang: Riska Amaliah
Editor: Yudi Suharso
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita
Tema: Empati, Kejujuran